Nadeo Argawinata menjadi salah satu pahlawan kemenangan Timnas Indonesia pada leg kedua semifinal Piala AFF 2020. Kiper yang mengaku sebagai pembaca buku Cak Nun itu menepis penalti Faris Ramli pada menit 90+1.
Jika penalti Faris Ramli menjadi gol, maka skor akan berubah menjadi 3-2 untuk Singapura. Walau unggul jumlah pemain pada laga Sabtu (25/12/2021) malam di National Stadium, Indonesia bakal sulit mengejar gol lagi.
Nadeo menepis penalti Faris Ramli. Lalu, pada babak extra time, Indonesia mampu mencetak dua gol. Skuad Garuda menang dengan skor 4-2 pada duel leg kedua. Agregat menjadi 5-3 dan Indonesia melaju ke final Piala AFF 2020.
Nadeo mendapat pujian setinggi langit atas performa apiknya. Bolaneters, yuk kenalan lebih dekat dengan Nadeo Argawinata lewat ulasan di bawah ini ya.
Pada 2018 lalu, bersama seorang rekan jurnalis, Bolanet punya kesempatan untuk melakukan wawancara dengan Nadeo Argawinata. Saat itu, dia masih bermain untuk Borneo FC. Kami banyak mengulas karier dan pribadi Nadeo.
Ada banyak pertanyaan tentang asal usul Nadeo. Sebab, dia punya paras yang tampan dan berkulit putih. Banyak fans yang mengira Nadeo punya darah keturunan dari orang Eropa lewat orang tuanya.
“Kedua orang tua saya asli Kediri semuanya. Tidak ada yang blasteran. Saya tidak tahu kalau dari leluhur saya ada yang dari luar negeri,” katanya.
Sebagai bukti bahwa Nadeo adalah cah Kediri asli, coba cek video ketika Nadeo mengumpat pada Rizky Ridho pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2022. Ada kata-kata ‘—kowe wi’. Dialek yang sangat khas Kediri.
Nadeo memulai karir di SSB Airlangga, tapi dia baru serius bermain sepak bola saat pindah ke SSB Macan Putih. Saat itu, dari seorang penyerang, Nadeo dipindah menjadi kiper karena postur yang bagus.
Nadeo lantas menjadi tulang punggung SMAN 8 Kediri di ajang Piala Coca Cola saat menjadi juara ke-4 nasional. Dari situ, karier Nadeo terus menanjak. “Pada 2015 saya dipanggil seleksi ke Timnas U-19,” katanya.
Tapi, setelah itu karier Nadeo sempat terhenti. Vakumnya sepak bola nasional karena carut-marut kompetisi dan federasi membuat Nadeo sempat melupakan sepak bola. Dia memilih kuliah di Universitas Kadiri.
Pada 2019, Nadeo mendapat panggilan yang mengubah kariernya. Nabil Husein, presiden Borneo FC, menelpon Nadeo dan memintanya bergabung. “Saat itu Wahyudi Hamisi yang kasih tahu. Saya coba dan diterima,” terang kiper yang kini berusia 24 tahun.
Satu fakta unik dari Nadeo adalah dia seorang penggemar berat Can Nun atau Emha Ainun Nadjib. Nadeo adalah pembaca fanatik buku-buku Cak Nun. Bahkan, dia mengaku mengoleksi hampir semua buku Cak Nun.
“Saya punya banyak buku Can Nun. Memang belum semuanya dibaca, tapi punya banyak. Saya suka membacanya karena ringan, enak. Apalagi soal agama juga kan. Saya rasa cocok lah,” kata Nadeo.
Nadeo tidak pernah menutupi rasa kagum dan kegemarannya pada Cak Nun. Hanya saja, kesibukan sebagai pemain sepak bola profesional membuatnya kesulitan meluangkan waktu untuk itu bergabung dengan Jamaah Maiyah dan mengikuti setiap pengajian Cak Nun.
Comment