Manchester United (MU) gigit jari setelah kalah dalam perburuan mendapatkan bintang Belanda yang bersinar di Piala Dunia 2022 Cody Gakpo. Pemain PSV Eindhoven itu lebih memilih rival MU di Liga Premier, Liverpool.
Bukan sekali ini Liverpool membajak pemain incaran United. The Reds jelas tak salah karena yang justru menjadi pertanyaan mengapa hal seperti ini diulangi oleh Manchester United.
Fenomena ini tak hanya terjadi pada era Erik Ten Hag, tetapi juga terjadi semasa United ditukangi David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, dan Ole Gunnar Solksjaer, serta juga Ralf Rangnick yang mengeluarkan rekomendasi berani ketika mengusulkan bedah luar dalam skuad United.
Dalam banyak hal, pelatih tidak salah. Justru manajemen klub, khususnya Keluarga Glazer yang membuat langkah United lamban dalam membetot bidikan-bidikan utamanya.
Kesepakatan Gakpo itu sendiri ditaksir mencapai total 51 juta euro. Menurut The Mirror, angka itu di atas yang bisa disanggupi United.
Bukan hanya itu, Liverpool berani membayar uang muka jauh lebih besar kepada PSV dan ini jelas menarik hati klub liga utama Belanda itu.
Mengetahui hal ini para pejabat Old Trafford malah memutuskan mundur dari negosiasi, dan lepaslah bidikan utama ten Hag ini.
Ya, memang ada faktor langsung dari Jurgen Klopp yang sukses meyakinkan Gakpo untuk bergabung dengan Liverpool. Dan ya, ada faktor Virgil van Dijk yang bareng Gakpo selama Piala Dunia 2022 dan turut meyakinkan Gakpo agar pindah ke Merseyside.
Tetapi apa pun itu, faktor penawaran lebih tinggi pastinya lebih menentukan di mana pihak klub yang berperan, bukan lagi perorangan seperti pemain dan pelatih klub yang tengah mengincar pemain klub lain.
Menurut The Mirror seperti dilansir Antara, saga yang berakhir tragis untuk ten Hag dan Manchester United itu mengingatkan orang kepada Sadio Mane yang juga nyaris ditarik ke Old Trafford namun kemudian disabot Liverpool di mana lagi-lagi Klopp yang ahli memoles pemain muda menjadi pemain hebat, menjadi salah satu faktor berbalik badannya Mane.
Mane kemudian membuktikan diri sebagai aset sangat berharga bagi Liverpool dan menjadi legenda di sana selama enam tahun. Mungkin pula Gakpo bakal mencapai sukses serupa seperti dicapai Mane.
Kegagalan mendapatkan Gakpo bisa menguatkan pendapat Cristiano Ronaldo bahwa Keluarga Glazer memang tak peduli klub ini kecuali untuk dijadikan sebagai kendaraan pemasaran. Dengan basis penggemar lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia, Manchester United memang kendaraan pemasaran yang sungguh ideal.
Sementara itu, dalam kaitannya dengan kritik Ronaldo, keluarga Glazer mengumumkan akan menjual sebagian sahamnya. Tak ada yang tahu maksud dari kata-kata ini. Apakah mereka serius menjualnya atau sebagai siasat untuk menangkal dampak buruk kritik Ronaldo terhadap mereka.
Mereka tahu pasti pendukung fanatik Manchester United tak mau berseberangan dengan Ronaldo, apalagi pemain Portugal itu menyampaikan pandangan yang justru kerap ditudingkan pendukung United kepada keluarga Glazer sebagai tak peduli kepada klubnya.
Keluarga Glazer harus menepis pandangan ini, bukan lagi dengan pernyataan dan janji, namun dengan benar-benar mendukung pelatih United, apalagi secara eksplisit ten Hag menegaskan prioritas utama selama jendela transfer Januari adalah mendapatkan seorang striker.
Setelah kehilangan Ronaldo, United praktis hanya memiliki Marcus Rashford dan Anthony Martial. Padahal di departemen ini, sebuah klub besar seperti United harus memiliki stok striker yang banyak.
Pernyataan tegas Ten Hag bahwa dia menginginkan seorang striker baru semestinya menjadi cambuk bagi pemilik Setan Merah bahwa mereka siap menjamin United tak lagi diserobot klub-klub lain. Jika tidak, maka benarlah apa yang dikatakan Ronaldo tentang mereka.